Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manajemen Organisasi Santri di Pesantren Modern

Oleh: Adin Nur Rahman  

Apa itu santri?

Secara bahasa, kata santri dan santri mempunyai arti yang sama, yaitu seseorang yang belajar. Namun dalam kehidupan sehari-hari beberapa kata yang mempunyai arti kebahasaan yang sama  (arti menurut kamus) mempunyai arti yang berbeda bila digunakan dalam konsep yang berbeda. Misalnya menurut bahasa, sunnah berarti jalan, kaidah, peraturan,  sikap dalam beraktivitas, dan gaya hidup.

Manajemen Organisasi Santri di Pesantren Modern


Sedangkan  istilah sunnah di kalangan Ulama Muhadits berarti segala sesuatu yang datang dari Rasulullah, baik berupa perkataan (qauliyyah), perbuatan (fi'liyyah) maupun keputusan (taqririyyah).  Menurut istilah para Ulama Fiqih, Sunnah berarti hukum perbuatan yang pelaksanaannya mendapat pahala dan bila tidak dilakukan maka tidak ada dosa. Demikian pula berdasarkan ungkapan yang ada di masyarakat, kata santri digunakan untuk orang yang belajar agama di  pesantren atau lembaga keagamaan lainnya. Sementara itu, kata murid atau pelajar  digunakan untuk siswa di sekolah.  Perbedaan penggunaan istilah tersebut juga berkaitan dengan sistem pendidikan.

Di pesantren, para santri mendapat pendidikan ilmiah dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari serta kebiasaan-kebiasaan yang khas hanya ada di  pesantren. Mengenal bidang keilmuan:

1. Santri dibiasakan muthola atau mengulang pelajaran  setelah mendapat pelajaran dari kiai atau ustadz di asrama.

2. Jika tidak mempelajari atau memahami pelajaran  kiai, siswa terbiasa meminta penjelasan  kepada orang tuanya (sorogan).

3. Siswa dibiasakan berbicara (mudzakarah) dengan teman sekamar atau teman  yang berbeda ruangan untuk memperdalam pemahamannya terhadap suatu masalah atau menambah pemahamannya.

4. Siswa dibiasakan menghafal seluruh isi kitab, terutama kitab  kaidah (syair) yang berbentuk nazhom, seperti Kitab Alfiyah (kaidah tata bahasa Arab) yang berisi 1000 bait, Imriti (500 bait), Asbah wan nazhir (fiqiyah) . qaidah), Waroqot (qaidah ushul fiqh) dan lain-lain.

5.  Setiap pemeriksa kesehatan wajib mempunyai catatan seluruh pelajaran yang diajarkan di pondok pesantrennya. Sama seperti kebiasaan-kebiasaan lain yang berkembang secara alami tanpa disuruh guru. Sesuatu yang sulit ditemukan di lembaga pendidikan selain  pesantren.

Adaptasi di bidang kepribadian dan kehidupan sosial:

1. Siswa diajarkan untuk hidup mandiri, mencuci pakaian sendiri, memasak makanan sendiri, bahkan banyak yang membiayai hidupnya sendiri.

2. Santri dilatih untuk hidup sederhana, jauh dari kemewahan.

3. Santri dilatih untuk hidup bersama, saling membantu. Siapapun yang menerima kiriman makanan, apapun itu, selalu memakannya bersama teman-temannya.

4. Peserta didik dididik sebagai individu yang memiliki budaya anti Barat yang bertentangan dengan norma hukum Islam.

5. Berakhlak mulia, disiplin, menghormati guru,  orang tua dan orang lain serta selalu menyapa ketika bertemu adalah cara-cara yang harus dipraktikkan oleh siswa setiap hari.

6. Santri mengikuti fatwa yang dikeluarkan oleh kiainya sepanjang tidak menyimpang atau bertentangan dengan syariat Islam. Singkatnya, kebiasaan seperti itu sulit ditemukan pada santri di luar  pesantren. Dengan kata lain sulit membedakan (berdasarkan istilah) antara santri dan santri.

Lembaga pendidikan Islam yang paling beragam adalah pesantren, karena kyai pendiri mempunyai kebebasan  untuk mewarnai pesantren di daerah tertentu. Misalnya ada pesantren ilmu alat, pesantren fikih, pesantren Al-Qur'an, pesantren hadis dan juga pesantren tasawuf. Spesialisasi apa pun dalam bidang ini didasarkan pada keahlian kyai yang membawahinya.

Dilihat dari keterbukaannya terhadap perubahan dari luar, maka pesantren dapat dibedakan menjadi dua yaitu pesantren tradisional (Salafi) dan pesantren modern (Khalafi). Pesantren Salafi bersifat konservatif, sedangkan pesantren Khalaf menyambut baik. Adaptasi terjadi seiring dengan perubahan dan perkembangan pendidikan yang merupakan akibat dari tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern (Qomar, 2007: 58).

Perbedaan  pesantren tradisional dengan pesantren modern dapat dilihat dari segi manajemennya. Umumnya pesantren tradisional dijalankan tanpa prinsip-prinsip manajemen yang berlaku sehingga beroperasi seperti itu.

Pada saat yang sama, pesantren modern dikelola dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip manajemen yang valid. Oleh karena itu, pembahasan permasalahan pesantren pada artikel ini fokus pada pesantren tradisional yang mempunyai tantangan multidimensi. Merupakan hasil generalisasi, artinya merupakan suatu kesimpulan umum yang diambil tanpa memperhatikan pengecualian-pengecualian yang ada. Permasalahan kontribusi yang diamati di pesantren antara lain lemahnya visi dan tujuan  pendidikan pesantren, sehingga pesantren tidak mampu melakukan pengawasan dan pengendalian.

Apakah manajemen santri penting?

Manajemen adalah  perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan  memantau upaya anggota organisasi dan penggunaan sumber daya lain organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan  tempat 

Menurut GR. Terry, kepemimpinan adalah  proses  khas yang terdiri dari   perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan   menentukan dan mencapai tujuan  yang  ditentukan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber lainnya.

Manajemen juga mencakup pengertian  usaha atau badan usaha  untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan membangun atau membentuk sesuatu  lingkungan yang lebih kondusif terhadap  pekerjaan yang dilakukan   dua orang atau lebih dalam suatu kelompok yang terorganisir.

Manajemen adalah suatu kegiatan yang merencanakan, mengorganisasikan,  memimpin, berinvestasi, mengarahkan, memotivasi, berkomunikasi dan  tujuan pengambilan keputusan  organisasi mana pun  mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki  perusahaan sehingga  Produk atau jasa diproduksi secara efisien.

Pengelolaan organisasi santri meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, serta  tujuan organisasi, struktur organisasi, perilaku organisasi dan budaya organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan organisasi santri adalah menghubungkan, mengembangkan, membentuk dan memfasilitasi kebutuhan santri serta mengembangkan jiwa  pemimpin yang matang secara pribadi.

Struktur organisasi Santri seperti struktur pemerintahan, dengan Rois (Ketua) sebagai presiden yang anggotanya terbagi dalam beberapa bagian. Perilaku anggota organisasi santri mengacu pada perilaku pengelola sistem di lingkungan organisasi, hubungan  individu dan kelompok dengan organisasi, dan organisasi itu sendiri.

Budaya organisasi siswa pesantren tidak lepas dari karakteristiknya, namun budaya organisasinya tetap berlandaskan nilai-nilai Islam. Penerapan pengelolaan organisasi kemahasiswaan menunjukkan penggunaan fungsi-fungsi manajemen yaitu:

1.      Perencanaan,

2.      Pelaksanaan,

3.      Pemantauan

4.      Evaluasi.

Dengan adanya pimpinan organisasi maka santri mempunyai jiwa  pemimpin yang berkepribadian matang, berilmu luas dan mempunyai pola pikir memahami kebenaran, maka santri mempunyai kepribadian santri  dan muslimah yang bertaqwa, berilmu yang mempunyai akhlak dan jiwa sosial yang baik.

Memenuhi tujuan organisasi santri adalah membimbing dan mengembangkan santri ke arah yang lebih baik, mengembangkan mentalnya, ramah lingkungan, sehat jasmani dan rohani, mandiri, bertanggung jawab dan mempunyai sifat kepemimpinan.

Dengan melaksanakan kegiatan program organisasi dukungan masyarakat yang mendukung kerjasama santri pondok pesantren untuk melaksanakan kegiatan pondok pesantren, baik sebagai kegiatan kemahasiswaan maupun sebagai usaha yang mempunyai rasa tanggung jawab masyarakat, terbimbing secara alami. 

Sangat bermanfaat untuk melaksanakan kegiatan program kemahasiswaan yang mengembangkan keterampilan dan potensi siswa. Kehadiran mahasiswa di tengah masyarakat dapat dilihat melalui kegiatan  yang dilaksanakan.

Faktor penghambat manajemen organisasi santri

Selain faktor pendukung, terdapat juga faktor penghambat tercapainya hasil pengelolaan organisasi kemahasiswaan, yaitu:

1. Kurangnya tanggung jawab, banyak manajer yang kurang kesadarannya dan tidak mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai manajer sendiri, yang pada akhirnya  kurang bertanggung jawab sehingga dapat mempengaruhi manajemen.

2. Sebagai santri santri tidak ikut serta dalam kegiatan pengurus, santri maupun pimpinannya dalam  program-program yang diselenggarakan oleh desa. dimana santri dan santri semuanya santri, disini sebagian besar bersekolah, sehingga tidak bisa membagi waktu antara kegiatan perkuliahan dan  pesantren, sehingga program desa pun ada kendala dan tidak berjalan  lancar.

3. Kurangnya rasa percaya diri pimpinan organisasi (rois), sikap kepemimpinan Rois kurang percaya diri dalam mengambil keputusan, Rois masih terlihat lebih mengutamakan urusan pribadi dibandingkan urusan kelompok.

4.  Komunikasi dan koordinasi, sistem komunikasi dan koordinasi antar manajemen sudah baik, komunikasi dan koordinasi antara manajemen dengan manajemen kurang, terdapat beberapa kendala dalam komunikasi akibat kesenjangan antar manajemen.

Hasil dari Manajemen Organisasi Santri

Manajemen proses dan motivasi siswa secara bersama-sama merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan kecakapan hidup siswa.

Hasil pelaksanaan penyelenggaraan organisasi santri menunjukkan keberhasilan secara kuantitatif dan kualitatif, dilihat dari semakin berkembangnya santri, sedangkan secara kualitatif eksistensi santri terlihat di masyarakat.

Dengan adanya pemimpin organisasi maka seorang santri mempunyai jiwa pemimpin yang berkepribadian matang, berilmu luas dan berpikir luas untuk memahami kebenaran, sehingga santri adalah berkepribadian santri yang shaleh, berpengalaman dan muslimah yang berakhlak mulia dan bersosialisasi.

Dan hasil kerjasama dengan pimpinan pondok pesantren menunjang tercapainya visi, misi dan tujuan pondok pesantren agar keaktifan santri terlihat di masyarakat dan  terlihat jelas eksistensinya di masyarakat.

Oleh karena itu, dalam upaya pengembangan dan peningkatan kecakapan hidup santri harus diperhatikan manajemen proses dan motivasi santri  yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan santri agar setelah lulus dari pondok pesantren mempunyai ketrampilan yang dapat diterapkan kelak. Kehidupan mereka, terutama kesiapan mereka  dalam menghadapi dunia kerja dan dunia usaha. Diolah kembali oleh Pena Dosen.

Referensi:

file:///C:/Users/pusdiklat%2008%202018/Downloads/Penerapan+Manajemen+Organisasi+Pelajar+Pondok+Modern+Dalam+Menanamkan+Disiplin+Santriwati.pdf

file:///C:/Users/pusdiklat%2008%202018/Downloads/manajemen%20organisasi%20santri.pdf

https://gunawank.wordpress.com/2015/10/23/santri-siswa-dan-pelajar/

http://etheses.iainkediri.ac.id/6387/1/932409618_bab1.pdf

https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/isema/article/view/4987

http://repository.radenintan.ac.id/22225/

https://core.ac.uk/reader/234031380

https://www.researchgate.net/publication/334229313_MANAJEMEN_ORGANISASI_SANTRI_DI_PONDOK_PESANTREN

https://repository.syekhnurjati.ac.id/8805/

https://123dok.com/article/faktor-faktor-pendukung-penghambat-pembinaan-santri-pondok-pesantren.4yrkl57z 

Posting Komentar untuk "Manajemen Organisasi Santri di Pesantren Modern"